Maulana Syaikh

Mengenang Wafatnya Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid al-Anfanani

Pada tanggal 21 Oktober 1997 silam, langit Lombok seperti mendung. Bukan karena cuaca, tetapi karena kesedihan yang menyelimuti hati jutaan umat. Hari itu, seorang ulama besar, pejuang Islam, dan waliyullah yang amat dicintai, Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid al-Anfanani atau dikenal dengan nama Kiai Hamzanwadi berpulang ke rahmatullah dengan penuh ketenangan. Beliau menutup usia pada hari selasa malam rabu tanggal 20 Jumadal Akhir 1418 H bertepatan dengan 21 Oktober 1997 M dalam usia 102 tahun 3 bulan 3 hari dalam hitungan kalender Hijriyah.

Kiai Hamzanwadi adalah sosok yang penuh dedikasi dan inspirasi. Sejak muda, beliau meniti jalan ilmu dengan semangat yang luar biasa. Kesungguhannya dalam menuntut ilmu membawanya menjadi salah satu ulama yang sangat dihormati di Tanah Air bahkan dunia internasional. Beliau adalah pendiri Madrasah NWDI (Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah) dan Madrasah NBDI (Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah), dua lembaga pendidikan yang lahir dari cita-cita luhur untuk mencerdaskan umat, terutama di tanah kelahirannya, Lombok Nusa Tenggara Barat.

Kiai Hamzanwadi juga mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan (NW), sebuah organisasi Islam yang berfungsi sebagai wadah perjuangan umat dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah islamiyyah. Hingga kini, NW telah berkembang pesat dan menjadi salah satu kekuatan besar dalam membangun peradaban Islam di Nusantara.

Selain dikenal sebagai ulama, Kiai Hamzanwadi juga dikenal sebagai seorang Pahlawan Nasional. Beliau berjuang di dunia pendidikan, sosial, dan dakwah islamiyyah, sekaligus berperan aktif dalam pergerakan nasional, khususnya dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan dan membangun bangsa pasca kemerdekaan.

Kiai Hamzanwadi adalah seorang pejuang Islam yang seluruh hidupnya telah diwakafkan untuk perjuangan agama. Maka, pantaslah Fadhilatu al-‘Allamah Syaikh Sayyid Prof. Dr. Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani memuji beliau menyatakan, “Ma Fihi Qadduhu fi al-‘Alam, Imam Al-Anfanani tiada duanya di alam semesta.”

Maulanasysyaikh Al-‘Allamah Hasan Muhammad al-Masysyath, Mahaguru beliau, juga menyatakan: “Saya tidak akan berdoa ke hadirat Allah Swt, kecuali kalau Zainuddin sudah nampak jelas bersamaku”.

Beliau juga menyatakan: “Aku mencintai orang-orang yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan tidak mencintai orang-orang yang tidak cinta kepadanya”. Beliau juga menyatakan: “Syaikh Zainuddin adalah Ayatun Min Ayatillah (Satu tanda dari tanda-tanda Kebesaran Allah Swt).

Al-‘Allamah Asy-Syaikh Salim Rahmatullah, Mahaguru beliau, Mudir (Direktur) Madrasah Ash-Shaulatiyah menyatakan: “Madrasah Shaulatiyah tidak perlu memiliki murid banyak, cukup satu orang saja, asalkan memiliki prestasi dan kualitas seperti Zainuddin”.

Al-‘Allamah Al-Adib Asy-Syaikh As-Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi, Mahaguru beliau, memberikan pujian dalam syair berbahasa Arab:
لله زين الدين في فضله * في مجده الشامي وفي نبله
له يد بيضاء دلت على * جوهرة المكنون في أصله
له تاليف كزهر الربا * قد ضمت الشكل إلى شكله
في ساحة العلم له معهد * لا يبرح الطلاب في ظله
ينهض بالنشئ إلى مستوى * بذلك المعراج من قـولـه
فالله يبقيه وبعلی به * في انفنان العلم في أهله
تحية كالمسك منشورة * من حـرم الـكـون إلى حله

Artinya

Demi Allah saya kagum pada Zainuddin
kagum pada kelebihannya atas orang lain
pada kebesarannya yang tinggi dan kecerdasannya yang tiada tertandingi
jasanya bersih bagai permata
menunjukkan kebersihan ayah bundanya
Karya-karya tulisnya indah nan menawan
bak bunga-bunga yang tumbuh teratur di lereng pegunungan
Di lapangan ilmu ia dirikan Ma’had tetap
dibanjiri Thullab dan Thalibat menuntut ilmu mengkaji kitab
la kobarkan semangat generasi muda menggapai Mustawa
dengan karyanya Mi’raju ash-Shibyan ila Sama’i ‘ Ilmi al-Bayan
Semogalah Allah memanjangkan usianya
dan dengan perantaraannya la memajukan ilmu pengetahuan
di Ampenan bumi Selaparang
Terkirimlah salam penghormatan
Harum semerbak bagaikan kasturi
Dari Tanah Suci menuju ‘ Rinjani ‘

Meskipun Kiai Hamzanwadi telah tiada, namun semangat dan ajarannya terus mengalir dalam setiap detak kehidupan umat, lebih-lebih murid-murid penerus perjuangan beliau. Lembaga-lembaga yang beliau dirikan terus melahirkan generasi penerus yang alim saleh. NWDI, NBDI, dan Nahdlatul Wathan tetap eksis dan terus berkembang sampai hari ini, menjadi pilar penting dalam pembangunan peradaban Islam di Indonesia.

Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada beliau sang hiasan agama, dan semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari perjalanan hidup beliau yang luhur dan begitu tulus mengabdi kepada umat dan bangsa.

[1] Abdul Hayyi Nu’man, Maulanassyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Riwayat Hidup dan Perjuangan, (Lombok: PBNW, 1999), hlm. 200.

[1] Muhammad Thohri dkk, Keagungan Pribadi Sang Pencinta, Maulana. (Mataram: Sanabil, 2016), hlm. 15.

Join Channel WhatsApp

Portal Akses
Pusat Unduhan
Dokumen
  • SK Kemenkuhmam
  • Sejarah NW
  • Wasiat Renungan Masa
Share via
Copy link